SEJARAH KELAHIRAN
(PERKEMBANGAN) SOSIOLOGI DI EROPA DAN INDONESIA
DAFTAR ISI
LATAR
BELAKANG...........................................................................................I
PERKEMBANGAN (KELAHIRAN) SOSIOLOGI DI EROPA...................................II
PERKEMBANGAN (KELAHIRAN) SOSIOLOGI DI
INDONESIA...........................III
TEORI-TEORI
SOSIOLOGI...............................................................................IV
CIRI-CIRI SOSIOLOGI......................................................................................V
TUJUAN /
MANFAAT......................................................................................VI
I.
LATAR BELAKANG
Sejarah Perkembangan Sosiologi. Sosiologi lahir sejak manusia mulai bertanya tentang
masyarakat, terutama tentang perubahannya. Ratusan tahun sebelum Masehi,
pertanyaan tentang perubahan masyarakat sudah muncul. Namun, sosiologi dalam
pengertian sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat baru lahir belasan abad
kemudian. Berikut ini kronologi sejarah perkembangan ilmu sosiologi.
Pada
tahun 1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama
kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian
dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari
tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai
menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial. Para
ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan
ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan
antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis
yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian
dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan
Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya
sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer,
Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan
Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar
menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk
perkembangan Sosiologi.
Émile
Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — berhasil melembagakan Sosiologi sebagai
disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya
menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara
keteraturan sosial.
Pada tahun 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat. Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic
II.
PERKEMBANGAN (KELAHIRAN) SOSIOLOGI DI EROPA
Sosiologi termasuk ilmu yang paling muda
dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial yang ada. Sosiologi juga bersumber dari
filsafat. Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan (mater
scientarium) semua ilmu pengetahuan yang kita ketahui selama ini . Filsafat
pada masa itu mencakup pula segala usaha pemikiran mengenai masyarakat. Makin
berkembangnya zaman dan tumbuhnya peradaban manusia, berbagai ilmu pengetahuan
yang semula tergabung dalam filsafat mulai memisahkan diri dan berkembang
menurut tujuan masing-masing.
Astronomi (ilmu tentang bintang-bintang) dan fisika (ilmu alam) merupakan cabang-cabang filsafat yang pertama kali memisahkan diri. Kemudian, diikuti oleh ilmu kimia, biologi, dan geologi. Pada abad ke-19, dua ilmu pengetahuan baru muncul, yaitu psikologi (ilmu yang mempelajari perilaku dan sifat-sifat manusia) dan sosilogi (ilmu yang mempelajari masyarakat). Dengan demikian, timbullah sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang di dalam proses pertumbuhannya dapat dipisahkan dari ilmu-ilmu kemasyarakatan lainnya, seperti ekonomi dan sejarah.
Pemikiran terhadap masyarakat dan lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dinamakan sosiologi, pertama kali terjadi di Benua Eropa. Banyak usaha dilakukan manusia baik bersifat ilmiah maupun nonilmiah yang membentuk sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dan berdiri sendiri.
Beberapa faktor pendorong utama munculnya sosiologi adalah meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.
sosiologi di Amerika Serikat dihubungkan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan keadaan sosial manusia dan sebagai pendorong untuk menyelesaikan persoalan yang ditimbulkan oleh kehahatan pelanggaran, pelacuran, pengangguran, kemiskinan, konflik, peperangan, dan masalah sosial lainnya.
Banyak ahli sepakat bahwa faktor yang melatar belakangi kelahiran sosiologi adalah adanya krisis yang terjadi di dalam masyarakat. Laeyendecker, misalnya mengaitkan kelahiran sosiologi dengan serangkaian perubahan di bidang sosial politik. Perubahan berkenaan dengna adanya reformasi Marthin Luther, meningkatnya individualisme, lahirnya ilmu pengetahuan modern, berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri, terjadinya Revolusi Industri pada abad ke-18, serta terjadinya Revolusi Prancis.
Pada abad ke-19 seorang filsuf bangsa Prancis bernama Auguste Comte, telah menulis beberapa buku yang berisi pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai urutan-urutan tertentu berdasarkan logika. Setiap penelitian dilakukan melalui tahap-tahap tertentu untuk mencapai tahap akhir, yaitu Ilmiah. Oleh sebab itu, Auguste Comte menyarankan agar semua penelitian terhadap masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu tentang masyarakat yang berdiri sendiri. Dari kondisi tersebut, diartikan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil akhir dari perkembangan ilmu pengetahuan. Sosilogi lahir pada saat-saat terakhir perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sosiologi didasarkan pada kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu pengetahuan lainnya.
Lahirnya sosiologi tercatat pada tahun 1842, tatkala Auguste Comte menerbitkan buku berjudul Positive-philosophy. Beberapa pandangan penting yang dikemukakan oleh Auguste Comte adalah "hukum kemajuan manusia" atau "hukum tiga jenjang", Menurut pandangan ini, sejarah akan melewati tiga jenjang yang mendaki.
Astronomi (ilmu tentang bintang-bintang) dan fisika (ilmu alam) merupakan cabang-cabang filsafat yang pertama kali memisahkan diri. Kemudian, diikuti oleh ilmu kimia, biologi, dan geologi. Pada abad ke-19, dua ilmu pengetahuan baru muncul, yaitu psikologi (ilmu yang mempelajari perilaku dan sifat-sifat manusia) dan sosilogi (ilmu yang mempelajari masyarakat). Dengan demikian, timbullah sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang di dalam proses pertumbuhannya dapat dipisahkan dari ilmu-ilmu kemasyarakatan lainnya, seperti ekonomi dan sejarah.
Pemikiran terhadap masyarakat dan lambat laun mendapat bentuk sebagai suatu ilmu pengetahuan yang dinamakan sosiologi, pertama kali terjadi di Benua Eropa. Banyak usaha dilakukan manusia baik bersifat ilmiah maupun nonilmiah yang membentuk sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dan berdiri sendiri.
Beberapa faktor pendorong utama munculnya sosiologi adalah meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.
sosiologi di Amerika Serikat dihubungkan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan keadaan sosial manusia dan sebagai pendorong untuk menyelesaikan persoalan yang ditimbulkan oleh kehahatan pelanggaran, pelacuran, pengangguran, kemiskinan, konflik, peperangan, dan masalah sosial lainnya.
Banyak ahli sepakat bahwa faktor yang melatar belakangi kelahiran sosiologi adalah adanya krisis yang terjadi di dalam masyarakat. Laeyendecker, misalnya mengaitkan kelahiran sosiologi dengan serangkaian perubahan di bidang sosial politik. Perubahan berkenaan dengna adanya reformasi Marthin Luther, meningkatnya individualisme, lahirnya ilmu pengetahuan modern, berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri, terjadinya Revolusi Industri pada abad ke-18, serta terjadinya Revolusi Prancis.
Pada abad ke-19 seorang filsuf bangsa Prancis bernama Auguste Comte, telah menulis beberapa buku yang berisi pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai urutan-urutan tertentu berdasarkan logika. Setiap penelitian dilakukan melalui tahap-tahap tertentu untuk mencapai tahap akhir, yaitu Ilmiah. Oleh sebab itu, Auguste Comte menyarankan agar semua penelitian terhadap masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu tentang masyarakat yang berdiri sendiri. Dari kondisi tersebut, diartikan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil akhir dari perkembangan ilmu pengetahuan. Sosilogi lahir pada saat-saat terakhir perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sosiologi didasarkan pada kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu pengetahuan lainnya.
Lahirnya sosiologi tercatat pada tahun 1842, tatkala Auguste Comte menerbitkan buku berjudul Positive-philosophy. Beberapa pandangan penting yang dikemukakan oleh Auguste Comte adalah "hukum kemajuan manusia" atau "hukum tiga jenjang", Menurut pandangan ini, sejarah akan melewati tiga jenjang yang mendaki.
III.
PERKEMBANGAN (KELAHIRAN) DI
INDONESIA
Sejak jaman kerajaan di Indonesia sebenarnya para raja
dan pemimpin di Indonesia sudah mempraktikkan unsur-unsur Sosiologi dalam
kebijakannya begitu pula para pujangga Indonesia. Misalnya saja Ajaran Wulang
Reh yang diciptakan oleh Sri PAduka Mangkunegoro dari Surakarta, mengajarkan
tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari
golongan-golongan yang berbeda, banyak mengandung aspek-aspek Sosiologi,
terutama dalam bidang hubungan antar golongan (intergroup relations).
Ki Hajar Dewantoro, pelopor utama pendidikan nasional
di Indonesia, memberikan sumbangan di bidang sosiologi terutama mengenai
konsep-konsep kepemimpinan dan kekeluargaan di Indonesia yang dengan nyata di
praktikkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa.
Pada masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis
orang berkebangsaan belanda yang mengambil masyarakat Indonesai sebagai
perhatiannya seperti Snouck Hurgronje, C. Van Vollenhoven, Ter Haar, Duyvendak
dll. Dalam karya mereka tampak unsur-unsur Sosiologi di dalamnya yang dikupas
secara ilmiah tetapi kesemuanya hanya dikupas dalam kerangka non sosiologis dan
tidak sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi pada waktu itu
dianggap sebagai Ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata
lain Sosiologi ketika itu belum dianggap cukup penting dan cukup dewasa untuk
dipelajari dan dipergunakan sebagai ilmu pengetahuan, terlepas dari ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya.
Kuliah-kuliah Sosiologi mulai diberikan sebelum Perang
Dunia ke dua diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di
Jakarta. Inipun kuliah Sosiologi masih sebagai pelengkap bagi pelajaran Ilmu
Hukum. Sosiologi yang dikuliahkan sebagin besar bersifat filsafat Sosial dan
Teoritis, berdasarkan hasil karya Alfred Vierkandt, Leopold Von Wiese, Bierens
de Haan, Steinmetz dan sebagainya.
Pada tahun 1934/1935 kuliah-kuliah Sosiologi pada
sekolah Tinggi Hukum tersebut malah ditiadakan. Para Guru Besar yang bertaggung
jawab menyusun daftar kuliah berpendapat bahwa pengetahuan dan bentuk susunan
masyarakat beserta proses-proses yang terjadi di dalamnya tidak diperlukan
dalam pelajaran hukum.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus
1945, seorang sarjana Indonesia yaitu Soenario Kolopaking, untuk pertama
kalinya member kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta
(kemudia menjadi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik UGM . Beliau memberika kuliah
dalam bahasa Indonesai ini merupakan suatu yang baru, karena sebelum perang
dunia ke dua semua perguruan tinggi diberikan da;am bahasa Belanda. Pada
Akademi Ilmu Politik tersebut, sosiologi juga dikuliahkan sebagai ilmu
pengetahuan dalam Jurusan Pemerintahan dalam Negeri, hubungan luar negeri dan
publisistik. Kemudian pendidkikan mulai di buka dengan memberikan kesempatan
kepara para mahasiswa dan sarjana untuk belajar di luar negeri sejak tahun
1950, mulailah ada beberapa orang Indonesia yang memperdalam pengetahuan tentang
sosiologi.
Buku Sosiologi mulai diterbitkan sejak satu tahun
pecahnya revolus fisik. Buku tersebut berjudul Sosiologi Indonesai oleh Djody
Gondokusumo, memuat tentang beberapa pengertian elementer dari Sosiologi yang
teoritis dan bersifat sebagai Filsafat.
Selanjutnya buku karangan Hassan Shadily dengan judul
Sosilogi Untuk Masyarakat Indonesia yang merupakan merupakan buku pelajaran
pertama yang berbahasa Indonesia yang memuat bahan-bahan sosiologi yang modern.
Para pengajar sosiologi teoritis filosofis lebih
banyak mempergunakan terjemahan buku-bukunya P.J. Bouman, yaitu Algemene
Maatschapppijleer dan Sociologie, bergrippen en problemen serta buku Lysen yang
berjudul Individu en Maatschapppij.
Buku-buku Sosiologi lainnya adalah Sosiologi Suatu
Pengantar Ringkas karya Mayor Polak, seorang warga Negara Indonesia bekas
anggota Pangreh Praja Belanda, yang telah mendapat pelajaran sosiologi sebelum
perang dunia kedua pada universitas Leiden di Belanda. Beliau juga menulis buku
berjudul Pengantar Sosiologi Pengetahuan, Hukum dan politik terbit pada tahun
1967. Penulis lainnya Selo Soemardjan menulis buku Social Changes in Yogyakarta
pada tahun 1962. Selo Soemardjan bersama Soelaeman Soemardi, menghimpun
bagian-bagian terpenting dari beberapa text book ilmu sosiologi dalam bahasa
Inggris yang disertai dengan pengantar ringkas dalam bahasa Indonesia dirangkum
dalam buku Setangkai Bunga Sosiologi terbit tahun 1964.
Dewasa ini telah ada sejumlah Universitas Negeri yang
mempunyai Fakultas Sosial dan politik atau Fakultas Ilmu Sosial. Sampai saat
ini belum ada Universitas yang mngkhususkan sosiologi dalam suatu fakultas
sendiri, namun telah ada Jurusan Sosiologi pada beberapa fakultas Sosial dan
Politik UGM, UI dan UNPAD.
Penelitian-penelitian sosiologi di Indonesia belum
mendapat tempat yang sewajarnya, oleh karena masyarakat masih percaya pada
angka-angka yang relative mutlak, sementara sosiologi tidak akan mungkin
melakukan hal-hal yang berlaku mutlak disebkan masing-masing manusia memiliki
kekhususan. Apalagi masyarakat Indonesai merupakan masyarakat majemuk yang
mencakup berates suku.
IV.
TEORI TEORI SOSIOLOGI
A. TEORI
EVOLUSI
Veeger, karel
(1993:79), Charles Darwin (1809-1882) ia membuktikan bahwa variasi dan
diferensiasi besar di alam flora dan fauna merupakan hasil suatu proses yang
amat lama. Proses itu bercirikan empat hal yaitu struggle for life, survival of
the fittest, natural selection dan progress
B. Teori
Struktural Fungsional
Pendekatan
fungsionalisme tidak bersifat historis dan tidak mengikuti perkembangan suatu
gejala social, seperti misalnya keluarga dalam tahap-tahapnya dikurun waktu
melainkan statis. Veeger, karel J (1993:87), gerhard dan jean lenski dalam
bukunya Human societies (1974:28) menyabutkan enam keharusan fungsional yaitu
komunikasi, produksi, distribusi, pertahanan, penggantian anggota lama, dan
kontrol sosial.
C. Teori
konflik
Tokoh utama daam
teori ini, selain Karl Marx, adalah Ralp Dahrendorf, Georg Simmel, C.Wright
Mills, dan L.A Coser. Asumsi dasar teori konflik ini antara lain bahwa
masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang ditandai oleh
pertentangan yang terus-menerus di antara unsur-unsurnya. Setiap elemen dalam
masyarakat memberikan sumbangan terhadap disintegrasi social. Keturunan yang
terdapat dalam suatu masyarakat itu hanyalah disebabkan karena adanya tekanan
atau pemaksaan kekuasaan atas oleh golongan yang berkuasa. Teori konflik
ternyata agak mengabaikan keteraturan dan stabilitas yang memang ada dalam
masyarakat disamping konflik itu sendiri.
D. Teori
aksi
Tokoh teori ini
antara lain plorient znaniccki,Robert Ma iver talcol parson, hinkle parto dan
Durkheim. Asumsi dasar teori aksi adalah bahwa tindakan manusia muncul dari
kesdarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya
sebagai objek, sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai
tujuan tertentu.
E. Teori
fenomenologi
Alfered de
eschutz berpendapat bahwa teori fenomenologi adalah tindakan manusia menjadi
suatu hubungan social bila manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap
tindakan tertentu dan menusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai suatu
yang penuh arti. Pemahaman secara subjektif terhadap sesuatu tindakan sangat
menetukan kelangsungan proses interaksi social.
V.
CIRI-CIRI
SOSIOLOGI
·
Emperis, yaitu didasarkan pada observasi
(pengamatan) dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi
(menduga-duga)
·
Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun
abstraksi dari hasil obsevasi yang konkret di
lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur
yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat
sehingga menjadi teori.
·
Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori
yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori
yang lama.
·
Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak
mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk
menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.
VI.
Tujuan atau manfaat
·
Membantu siswa lebih mendalami (mengetahui) ilmu
pengetahuan sosiologi atau linkungan masyarakat